Baru-baru ini, para ilmuwan menggunakan teknologi baru untuk mengetahui cara makan yang dimiliki oleh beberapa Hiu.
Seperti
yang diketahui, hiu tidak memiliki lidah untuk membantu mereka menelan
makanan. Namun, penemuan baru mengungkapkan bahwa hiu mengangkat kedua
bahu—bagian atas sirip dada—mereka untuk memasukkan mangsa ke dalam
perut.
Perilaku tersebut ditemukan pertama kali oleh para ilmuwan
yang menggunakan gambar sinar-X yang mutakhir. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa hiu bambu mengayunkan bahu ke dalam saat mereka makan.
Dengan
menarik sabuk-sabuk pektoral—kumpulan tulang pada rangka apendikular
yang menyokong alat gerak atas—mereka, hiu bambu melakukan sebuah isapan
untuk menarik makanan melalui bagian belakang mulut, yang selanjutnya
akan diteruskan ke saluran pencernaan.
Penemuan ini disampaikan
oleh Ariel Camp, peneliti dari Brown University dan penulis utama studi
tersebut—yang dipublikasikan dalam Proceedings B, sebuah jurnal Royal
Society.
Hiu bambu adalah penghuni terumbu karang yang dapat ditemukan di seluruh
Samudera Hindia. Hiu ini berukuran kecil—dengan panjang antara 24 dan 37
inci—dan sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk mencari mangsa.
Meskipun hiu menggunakan sirip dada mereka untuk berenang dan
memposisikan diri di atas mangsa, fungsi sabuk pektoral masih saja
dipertanyakan.
Pada ikan bersirip, seperti ikan lele, sabuk pektoral melekat pada tengkorak dan ditarik saat pengisapan terjadi.
Namun,
dalam hiu, sabuk pektoral terpisah dari rahang dan bagian kepala
lainnya. Para ilmuwan pun penasaran dan menyelidiki lebih jauh, apa
fungsi sabuk pektoral saat hiu sedang makan.
"Hiu memiliki faring yang panjang. Mereka harus makanan agar dapat turun ke pencernaan”, ujar Camp.
“Kami
menyebutnya sebagai ‘lidah hidrodinamik’, yang mampu mengendalikan
gerak cairan di dalam mulut untuk memanipulasi makanan,” tambahnya.
Hal
ini bermakna bahwa hiu bambu menggunakan bahu mereka untuk mengambil
makanan dan menggunakan sirip paling depan sebagai penggerak.
Meneliti hiu
Untuk
mengamati perilaku ini, Camp dan dan rekan-rekannya dari Brown
University, University of Alaska di Anchorage, dan University of
Illinois menggunakan teknologi X-ray Reconstruction of Moving Morphology
(XROMM).
Teknologi ini digunakan untuk mengamati bagaimana tiga
hiu bambu berbintik putih itu memakan potongan cumi dan haring—ikan
kecil di laut lepas yang menjadi makanan para predator besar.
Sistem
ini menggabungkan CT scan kerangka hiu berkecepatan tinggi dengan
gambar X-ray beresolusi tinggi. Dibantu dengan spidol logam implan yang
kecil, diharapkan visualisasi tiga dimensi mengenai gerakan tulang otot
hewan dan manusia dapat tergambarkan dengan tepat.
Menurut
Camp, animasi XROMM sangat penting dalam penelitian ini, mengingat
studi sebelumnya yang belum berhasil mengidentifikasi fungsi sabuk
pektoral. “XROMM memungkinkan kita untuk benar-benar mengetahui
bagaimana kinerja sabuk pektoral pada hiu ini,” ungkapnya.
Selain
itu, tambah Camp, teknologi baru ini memungkinkan para peneliti untuk
mengukur “ayunan mengejutkan” di bahu ketiga hiu saat memakan mangsa.
Hanya sepersekian detik setelah mulut tertutup, tulang rawan berputar
cepat ke belakang (dari kepala ke ekor) sekitar 11 derajat.
“Yang
pasti, penulis membuat kasus yang kuat mengenai dualitas sabuk pektoral
pada spesies ini,” kata Phillip Motta, profesor biologi di University of
South Florida yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
"Namun, kita masih belum tahu bagaimana makanan masuk ke kerongkongan dan turun ke pencernaan”, tambahnya.
Menurut
Motta, pada pemakan dengan teknik isap seperti hiu bambu dan hiu
perawat, sebenarnya makanan telah masuk ke dalam mulut saat mulut
terbuka lebar.
Pendapat ini bertentangan dengan penelitian baru
yang beranggapan bahwa hiu bambu menggerakkan sabuk pektoral mereka
untuk membantu memindahkan makanan dari mulut ke kerongkongan.
Motta menambahkan, tidak ada bukti yang jelas bahwa gerakan sabuk tersebut membantu hiu “mengisap” makanan mereka.
Meskipun
hiu bambu adalah satu-satunya spesies yang diamati selama penelitian
ini, tidak menutup kemungkinan bahwa hiu pengisap lainnya juga
menggerakkan bahu mereka dengan cara ini.
Penelitian
baru ini juga dapat menjelaskan bagaimana sabuk pektoral berevolusi
pada ikan hiu dan ikan lainnya dari waktu ke waktu.
Camp
mengatakan, sabuk tersebut muncul dalam rekaman fosil pada waktu rahang
ikan berevolusi, meskipun para ilmuwan sendiri tidak yakin dengan
perubahan yang terjadi.
Mempelajari sabuk pektoral pada hewan
hidup dapat membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana sabuk tersebut
berfungsi dan berevolusi pada ikan yang telah dan sedang punah.
Para
peneliti juga dapat memahami bagaimana struktur kerangka ikan yang
berevolusi dapat membantu menjelaskan kemampuan hewan tersebut dalam
mencapai tanah.
Kami berharap, penelitian ini dapat mendorong
peneliti lain untuk memeriksa kembali struktur dan evolusi sabuk
pektoral dari perspektif baru," kata Camp.
Camp menambahkan,
pengamatan gerakan sabuk pektoral pada hiu bambu hanyalah langkah awal.
Masih banyak tugas bagi para peneliti untuk memahami gerakan sabuk
tersebut pada hiu dan ikan lainnya.
Teknik
makan dengan mengisap digunakan oleh banyak hiu dan ikan lainnya untuk
melahap mangsa. Dengan menggunakan otot di dalam tubuh, hiu bambu
membuka mulut lebar-lebar dan melahap mangsa dengan mengisapnya.