Jeffry Nggala, seorang polisi berpangkat Aiptu tidak menyangka temuannya
menghebohkan dunia penelitian. Pasalnya, seekor hiu yang ditemukan
Jefrry di pantai Kalasey, Minahasa, Sulawesi Utara dengan bentuk yang
tidak lazim tersebut diduga merupakan jenis hiu baru.
Peneliti hiu dari Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Fahmi, mengatakan bahwa ikan yang ditemukan di Pantai Kalasey, Minahasa, pada Minggu (7/8/2016) itu layak dikaji.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Nggala menemukan ikan berperangai aneh tersebut dalam kondisi sudah mati. Diduga, kematian itu terjadi tak lama sebelum ikan ditemukan.
"Waktu saya temukan, matanya berwarna ungu," kata Nggala.
Menyadari keanehan karakteristik ikan itu, Nggala lantas memotret, mengunggah foto jepretannya ke Facebook, dan mencari informasi tentangnya di internet.
Hasil googling-nya menunjukkan bahwa ikan berukuran sekitar 60 cm itu merupakan Oxynotus brunensis yang statusnya sudah hampir punah.
Fahmi, mengonfirmasi bahwa ikan tersebut memang jenis hiu berduri yang kini kian langka.
"Ini merupakan temuan baru. Jenis seperti ini biasanya ada di temperate zone (daerah beriklim sedang)," jelas Fahmi.
Fahmi mengontak rekan peneliti dari Australia dan Selandia Baru. "Mereka heran jenis seperti itu ada di perairan Indonesia," katanya.
Penemuan ikan berbadan coklat di perairan Minahasa itu dapat diartikan sebagai "rekaman baru" genus Oxynotus di Indonesia.
Namun, dapat pula lebih dari rekaman baru. "Bisa jadi new species kalau ternyata berbeda dari jenis yang sudah ada," jelasnya.
Fahmi berharap, spesimen ikan yang mempunyai karakteristik punggung besar dan berduri tersebut tidak dibuang karena bisa menjadi bahan penelitian berharga.
Gustaf M Mamangkey, peneliti kelautan dari Universitas Sam Ratulangi, mengatakan bahwa pihaknya telah mengamankan spesimen ikan itu.
"Saat ini, spesimen sementara diinapkan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, dan direncanakan akan dilakukan 'otopsi' oleh tim pakar Unsrat dan kerabat pakar dalam waktu dekat," katanya.
Jika benar bahwa temuan Jefrry merupakan ikan langka yang hampir punah, maka perairan Sulawesi Utara kembali akan menjadi pusat perhatian peneliti kelautan dunia.
Perairan Sulawesi Utara dikenal luas di dunia international, saat beberapa tahun lalu ditemukan ikan purba Coelacanth atau Latimeria menadoensis.
Peneliti hiu dari Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Fahmi, mengatakan bahwa ikan yang ditemukan di Pantai Kalasey, Minahasa, pada Minggu (7/8/2016) itu layak dikaji.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Nggala menemukan ikan berperangai aneh tersebut dalam kondisi sudah mati. Diduga, kematian itu terjadi tak lama sebelum ikan ditemukan.
"Waktu saya temukan, matanya berwarna ungu," kata Nggala.
Menyadari keanehan karakteristik ikan itu, Nggala lantas memotret, mengunggah foto jepretannya ke Facebook, dan mencari informasi tentangnya di internet.
Hasil googling-nya menunjukkan bahwa ikan berukuran sekitar 60 cm itu merupakan Oxynotus brunensis yang statusnya sudah hampir punah.
Fahmi, mengonfirmasi bahwa ikan tersebut memang jenis hiu berduri yang kini kian langka.
"Ini merupakan temuan baru. Jenis seperti ini biasanya ada di temperate zone (daerah beriklim sedang)," jelas Fahmi.
Fahmi mengontak rekan peneliti dari Australia dan Selandia Baru. "Mereka heran jenis seperti itu ada di perairan Indonesia," katanya.
Penemuan ikan berbadan coklat di perairan Minahasa itu dapat diartikan sebagai "rekaman baru" genus Oxynotus di Indonesia.
Namun, dapat pula lebih dari rekaman baru. "Bisa jadi new species kalau ternyata berbeda dari jenis yang sudah ada," jelasnya.
Fahmi berharap, spesimen ikan yang mempunyai karakteristik punggung besar dan berduri tersebut tidak dibuang karena bisa menjadi bahan penelitian berharga.
Gustaf M Mamangkey, peneliti kelautan dari Universitas Sam Ratulangi, mengatakan bahwa pihaknya telah mengamankan spesimen ikan itu.
"Saat ini, spesimen sementara diinapkan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, dan direncanakan akan dilakukan 'otopsi' oleh tim pakar Unsrat dan kerabat pakar dalam waktu dekat," katanya.
Jika benar bahwa temuan Jefrry merupakan ikan langka yang hampir punah, maka perairan Sulawesi Utara kembali akan menjadi pusat perhatian peneliti kelautan dunia.
Perairan Sulawesi Utara dikenal luas di dunia international, saat beberapa tahun lalu ditemukan ikan purba Coelacanth atau Latimeria menadoensis.