Showing posts with label Tekno. Show all posts
Showing posts with label Tekno. Show all posts

Hati-Hati, Terbangkan Drone Sembarangan Bisa Dipenjara

sumber foto:cmrinsurance.com

Maraknya perusahaan teknologi yang menghadirkan drone dengan harga terjangkau serta komersialisasi drone untuk konsumen, membuat regulator bergerak menyusun sejumlah kebijakan terkait penerbangan drone.Tujuan regulasi ini adalah untuk menentukan bagaimana drone dipakai oleh penggunanya. Misalnya, terkait dengan beberapa area yang boleh dilintasi drone.

Beberapa tempat yang tak boleh dipakai menerbangkan drone misalnya di bandara atau kantor-kantor milik pemerintah.
Baru-baru ini, House and Senate (DPR) Amerika Serikat juga meminta agar tempat-tempat yang berhubungan dengan fasilitas perminyakan, seperti kilang minyak tak boleh dilintasi oleh drone. Para anggota parlemen meminta agar fasilitas itu masuk dalam daftar daerah yang tak boleh dilintasi drone.

Dengan demikian, setiap orang yang menerbangkan sebuah drone dengan ketinggian di bawah 400 kaki di atas bangunan-bangunan yang disebutkan akan dianggap melakukan pelanggaran. Para penerbang drone juga berpotensi untuk mendekam di penjara hingga 180 hari.

Beberapa fasilitas penting yang tak boleh dilintasi pesawat nirawak di antaranya adalah pembangkit listrik, bendungan, dan kilang minyak. Senat Amerika Serikat telah mengesahkan RUU tersebut.

Meski belum jadi peraturan legal, siapa pun yang menerbangkan drone harus berhati-hati agar tak melanggar aturan yang telah dibuat. Di Indonesia belum ada aturan ketat yang melarang pengguna drone menerbangkan drone-nya di atas bangunan tertentu.

Kendati demikian, peraturan di atas bisa dijadikan acuan agar berhati-hati saat hendak menerbangkan drone. Bagaimana menurut kamu?
 

10 Hal yang Membuat Baterai Android Tidak Cepat Terisi

Baterai smartphone lazimnya akan penuh setelah diisi daya antara satu hingga tiga jam. Jika smartphone Anda ternyata membutuhkan waktu pengisian daya yang lebih lama, bisa jadi ini merupakan pertanda masalah.
sumber foto: tekno.kompas.com

Katakanlah, pengisian yang biasanya singkat itu tiba-tiba menjadi lebih dari 12 jam. Bahkan setelah durasi yang panjang itu lewat, baterai baru menunjukkan angka kapasitas 90 persen.

lebih baik Anda mengecek beberpa hal berikut untuk menemukan penyebab sekaligus solusinya.

1. Kabel charger
Langkah pertama untuk mengetahui penyebab pengisian daya menjadi lelet adalah mengecek kabel USB. Pasalnya bisa saja kabel tersebut rusak sehingga hantaran daya ke baterai smartpone jadi tidak sempurna.
Lagipula pengguna sudah pasti memakai kabel USB itu setiap hari. Seiring dengan usia penggunaan, maka wajar saja bila kabel menjadi rusak dan tidak bekerja dengan efektif.
Contohnya, penghubung di ujung kabel sudah mulai kendor dan mudah lepas ketika dipasang ke port USB pada smartphone. Jika ini yang terjadi, periksa juga port USB di smartphone untuk memastikan tidak ada kerusakan di sana.
Selanjutnya, cobalah untuk mengganti kabel USB tersebut dengan yang baru.  Penggantian kabel ini mestinya akan sangat berpengaruh pada kecepatan pengisian daya. Seandainya cara ini tidak berhasil, berarti periksalah hal lain yang berpotensi jadi masalah.

2. Sumber pengisian daya
Perhatikan sumber pengisian daya yang Anda pakai. Jika memang Anda memakai port USB dari komputer atau laptop sebagai sumber, sudah pasti pengisian daya baterai smartphone akan lelet.
Port USB 3.0 terbaru saja hanya memiliki keluaran daya 0,9 A sedangkan USB 2.0 hanya 0,5 mA. Jika kabel yang digunakan rusak, maka keluaran daya yang disalurkan tidak akan sampai pada besaran tersebut.
Solusinya, sebaiknya Anda memasang charger pada stop kontak yang ada di dinding. Bila solusi ini tidak berhasil dan pengisian masih saja lambar, ada kemungkinan kabel listrik di rumah Anda atau kabel khusus menuju stop kontak itu yang bermasalah.

3. Adapter mulai rusak
Adapter charger tidak dirancang agar lebih kuat dibanding smartphone pasangannya. Adakalanya lonjakan arus listrik, guncangan atau terjatuh saat pemakaian membuat adapter ini rusak.
Segera cari adapter baru jika perangkat ini yang terindikasi membuat pengisian daya menjadi lebih lambat.

4. Smartphone lama
Kecepatan pengisian daya smartphone tidak seragam. Biasanya smartphone keluaran lama cenderung lebih lelet saat mengisi daya dibandingkan keluaran terbaru.
Hal ini terkait dengan kemampuan prosesor dalam perangkat genggam tersebut. Jika leletnya pengisian daya tersebut adalah bawaan smartphone Anda, solusinya hanyalah dengan menggantinya ke model terbaru yang mendukung teknologi rapid charging.

5. Baterai rusak
Kemungkinan lain penyebab leletnya pengisian daya adalah baterai yang rusak. Adakalanya kerusakan ini bawaan cacat produksi, ada juga kemungkinan rusak karena memang usia pemakaian.
Pada perangkat tertentu, seperti LG G4, Samsung Galaxy S5 atau Note 4, baterai bisa diganti dengan mudah. Sedangkan seri lain seperti Samsung Galaxy S6, Note 5 atau Moto X, memakai desain unibody sehingga penggantian baterai mesti dilakukan oleh tim perbaikan produsen masing-masing.
Jika rusak karena cacat produksi, Anda bisa mencoba menghubungi produsen smartphone tersebut dan mencari tahu soal prosedur penggantian baterai. Atau solusi lainnya, cukup bawa ke pusat perbaikan smartphone dan tukar dengan baterai baru.

6. Perilaku pemakaian
Cek lagi kebiasaan Anda saat mengisi daya smartphone. Memainkan game, misalnya Candy Crush, sambil mengisi daya bisa membuat kinerja pengisian tersebut menjadi lambat.
Pasalnya komponen yang mengonsumsi baterai terbesar adalah bagian layar, sedangkan layar tersebut bekerja intensif saat bermain game.
Solusinya, bila ingin pengisian daya berlangsung cepat, maka jangan gunakan smartphone bersamaan dengan proses charging.

7. Aplikasi background
Meski tidak terlihat di layar, ada saja aplikasi yang berjalan secara otomatis di backgound. Aplikasi ini mengonsumsi daya dalam jumlah bervariasi.
Bila ternyata daya yang dikonsumsi sangat besar, maka dampaknya akan membuat proses pengisian daya menjadi lelet. Solusinya adalah membuka kolom task manager dan menghentikan atau menghapus aplikasi tersebut.

8. Port USB terhalang
Debu yang menumpuk di dalam port USB bisa menghalangi aliran listrik yang mestinya mengisi daya smartphone. Cobalah melihat bagian dalam port USB tersebut dengan bantuan senter dan kaca pembesar.
Jika menemukan debu atau kotoran lainnya, segera bersihkan. Jangan gunakan benda berbahan logam untuk membersihkan korotan atau tumpukan debu di port tersebut. Sebaiknya pilih sesuatu yang terbuat dari plastik agar tidak merusak komponen.
Berikutnya, coba pasang kembali charger Anda untuk melihat apakah proses pengisian daya sudah kembali normal.

9. Port USB rusak
Jika sudah membersihkan port USB dan pengisian daya tetap lelet, ada kemungkinan port tersebut memang rusak. Solusi kerusakan ini adalah dengan membawanya ke ahli reparasi atau pusat perbaikan smartphone milik vendor.

10. Ada karat di port USB
Karat juga berpotensi menghambat proses pengisian daya. Karat tersebut bisa dibersihkan dengan cuka, tapi tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan.
Ada baiknya, Anda membawa smartphone tersebut ke ahli reparasi atau pusat perbaikan milik vendor untuk membersihkannya.
Pasalnya smartphone perlu dibongkar agar karat tersebut bisa dibersihkan dengan tepat. Karena itu diperlukan tangan yang sudah ahli dalam membongkar dan memperbaiki smartphone.

Awas, Virus Android Ini Bisa Kuras Tabungan di Bank

Sekelompok peretas dengan kode nama Cron membuat malware atau virus jahat yang bisa menguras uang dari rekening bank pengguna Android. Virus ini dikabarkan telah beredar di Rusia dan sempat menjangkiti banyak smartphone Android.

Malware buatan Cron bekerja dengan cara menyamar sebagai aplikasi perbankan palsu serta web clients bertema pornografi. Lalu ketika pengguna Android mencari aplikasi perbankan atau hal terkait pornografi secara online, saran pengunduhan aplikasi palsu akan muncul.

Jika mengunduhnya,maka pengguna akan langsung terjangkit virus malware Cron itu. Proses menguras isi rekening pun terjadi secara tersembunyi karena virus ini sanggup menghentikan notifikasi yang berfungsi memberi tahu pengguna.
sumber foto: tekno.kompas.com

Anggota inti kelompok peretas Cron tersebut sebenarnya sudah ditangkap oleh pihak berwajib pada 22 November tahun lalu. Namun serangan virus malware buatan mereka ternyata telah berhasil menyebar luas di Rusia.

Group-IB, sebuah perusahaan keamanan cyber yang bekerja menyelidiki serangan cyber itu menemukan bahwa malware Cron telah menginfeksi lebih dari 1 juta smartphone di Rusia. Kecepatan infeksi tersebut berkisar pada 3.500 unit smartphone per hari.

“Ada dua hal yang membuat Cron sukses menyerang banyak orang. Pertama adalah program distribusinya yang berskala besar dan variatif, kedua adalah otomatisasi fungsi smartphone yang membuat mereka bisa bekerja tanpa harus terlibat secara langsung,” ujar Head of Investigation Group-IB, Dimitry Volkov.

Target serangan adalah pelanggan Sberbank, Alfa Bank, serta sistem pembayaran online Qiwi. Cron bekerja dengan cara mengeksploitasi layanan transfer SMS.

Kelompok peretas mengirimkan teks berisi perintah transfer uang dari bank-bank tersebut ke salah satu dari 6.000 rekening palsu. Uang yang ditransfer maksimal sebesar 120 dollar AS atau setara Rp 1,5 juta.

Cron juga memotong jalur pengiriman notifikasi dan konfirmasi transaksi, sehingga korban tidak menerima pesan apapun terkait transfer yang terjadi.

Tadinya, setelah sukses menginfeksi Rusia, Cron berencana menyerang bank-bank Eropa seperti French Lenders Credit, Agricole, BNP Paribas, serta Societe General. Untungnya serangan itu belum sempat terjadi ketika mereka ditangkap.

Malware Berkedok File Dokumen "XLS" Beredar di WhatsApp


sumber foto : teesupport.com

Komplotan peretas kini memiliki cara baru untuk mendapatkan berbagai data pribadi seseorang, seperti nomor kartu kredit, password atau PIN, melalui WhatsApp.

Caranya, peretas menipu pengguna WhatsApp dengan mengirimkan sebuah malware yang disamarkan sebagai dokumen Microsoft Excell, lalu akan aktif saat dokumen itu dibuka. Orang yang tidak waspada dan mengiranya dokumen biasa bisa terjebak.

Dilansir KompasTekno dari Phone Arena, Rabu (4/1/2017), sejauh ini baru ada dua malware jenis ini yang terdeteksi. Malware tersebut banyak beredar di India, namun tidak menutup kemungkinan teknik sejenis diadopsi oleh peretas dari berbagai belahan dunia lain.

Namun tak ada salahnya untuk waspada. Jangan langsung membuka dokumen yang mendadak dikirimkan oleh orang tidak dikenal melalui WhatsApp atau aplikasi lainnya.

Di India, kedua malware tersebut menyamar sebagai sebuah dokumen yang mencatut nama institusi setempat, yakni National Defense Academy (NDA) dan National Investigation Agency (NIA). Dokumen ini beredar dalam pesan di aplikasi WhatsApp.

Bentuknya berupa dokumen Excell bernama “NDA-ranked-8th-toughest-College-in-the-world-to-get-into.xls” serta “NIA-selection-order-.xls”. Namun selain bentuk ini, malware juga bisa saja menyamar sebagai dokumen Microsoft Word atau PDF.

Begitu dokumen dibuka dan malware aktif, maka berbagai informasi mengenai data perbankan, serta password untuk masuk ke berbagai aplikasi atau layanan bisa langsung dicuri. Peretas pun bisa memakai data tersebut sesuai keperluannya.

"Malware" Incar Pengguna Android yang Gemar Akses Situs Porno

Ransomware jenis baru ditemukan di perangkat Android. Program tersebut diketahui menyasar pengguna Android yang sering berkunjung ke situs-situs dewasa.Berdasarkan sebuah riset, pengguna Android memang lebih banyak dalam hal mengakses situs-situs dewasa atau yang berbau pornografi ketimbang pengguna platform mobile lain.

Ransomware baru yang ditemukan ini akan menginjeksi kode tertentu ke dalam perangkat Android setiap kali penggunanya mengunjungi suatu situs porno.
Kode tersebut kemudian akan menampilkan peringatan yang seolah-olah resmi dari pemerintah, memberi tahu bahwa perangkat mereka telah diblokir dan tidak bisa digunakan lagi.
sumber foto: BT.com

Agar bisa menggunakan peranti Android-nya, pengguna diminta membayar tebusan hingga 200 dollar AS atau sekitar Rp 2,6 juta. Anehnya, tebusan tersebut harus ditransfer dengan menggunakan gift code iTunes Stores (toko aplikasi Apple).

Setelah diselidiki, ini ternyata merupakan cara peretas memanfaatkan kelemahan di Android untuk menambah pundi-pundi kredit di iTunes Store mereka.
Menurut Blue Coat, perusahaan di bidang keamanan Android, ransomware bernama "Cyber.Police" ini tidak membutuhkan APK agar bisa terpasang atau menyusup di ponsel.

Dikutip KompasTekno dari Phone Arena, Rabu (27/4/2016), Cyber.Police bakal mengunci semua aplikasi lain, mencegah aplikasi-aplikasi itu berjalan atau menghentikan ransomware.
Program tersebut juga akan menjadikan dirinya sebagai aplikasi pertama yang akan berjalan saat ponsel dinyalakan, selain membuat profil peranti yang diinfeksi, serta berkomunikasi dengan server command-and-control.

Sejauh ini, versi OS Android yang ditengarai menjadi target adalah Android 4.0 Ice Cream Sandwich hingga versi 4.3 Jelly Bean. Adapun Android 4.4 KitKat juga dicurigai mendapatkan serangan yang sama.
Ransomware ini dikatakan belum dapat diatasi. Tidak diketahui juga apakah program jahat ini sudah tersebar di Indonesia atau belum.

"Malware" Penyandera Data Makin Merajalela

sumber foto: tekno.kompas.com

Symantec memaparkan bahwa malware penyandera data ransomware semakin gencar menyerang PC dan perangkat mobile para netizen.
Data tersebut diungkapkan Symantec berdasarkan laporan "Internet Security Threat Report volume 21" yang baru saja dirilis oleh perusahaan keamanan jaringan tersebut.

Dengan pertumbuhan 35 persen dibandingkan tahun sebelumnya, ada 362.000 crypto-ransomware yang teridentifikasi hingga akhir 2015. Artinya, per hari ditemukan rata-rata 992 serangan crypto-ransomware di ranah maya.
Lebih spesifik, Indonesia menempati urutan ke-13 untuk wilayah serangan crypto-ransomware termasif. Rata-rata ada 14 serangan setiap harinya sepanjang 2015.

Apa itu ransomware?
Seperti konsep filosofi "Yin Yang", perkembangan teknologi selalu dibarengi potensi kejahatan cyber. Makin canggih sebuah teknologi, makin cerdas pula modus para penjahat cyber untuk mengelabui korban.
Salah satu program jahat di ranah maya yang paling merugikan adalah ransomware. Program tersebut pertama kali teridentifikasi pada 2005 silam.
Modusnya sederhana, yakni menakuti pengguna dengan memunculkan pemberitahuan bahwa perangkat terserang virus. Taktik ini kerap disebut misleading app.
Untuk membersihkan virus itu, ransomware meminta pengguna mentransfer sejumlah uang via kartu kredit. Setelah membayar, barulah ransomware berhenti menebar ketakutan. Cara ini seperti meminta tebusan dari korbannya.
Seiring berjalannya waktu, pengguna makin cerdas dan sistem keamanan maya makin kuat. Modus misleading app tak lagi bisa menipu netizen. Meski begitu, penjahat cyber tak kehabisan akal.

Modus Enkripsi
Beberapa kali berevolusi, modus terbaru program jahat ini dinamai crypto-ransomware. Kiprahnya dimulai sejak 2014 dan hingga kini masih relevan merugikan korban.
Lebih agresif, serangan tersebut mengenkripsi data digital pengguna dan menyanderanya sampai tebusan dibayar. Mula-mula ransomware akan memunculkan notifikasi pada aplikasi atau perangkat pengguna.
Notifikasi itu memancing pengguna  menyerahkan informasi personal seperti nomor telepon atau e-mail.

Selanjutnya, penjahat cyber dengan mudah mengenkripsi data-data digital untuk minta biaya tebusan.
"Penjahat cyber tak lagi menakuti korban, tapi korban yang dengan sendirinya akan menyerahkan data-data digitalnya," kata Dirextor System Engineering Symantec Halim Santoso pada sela-sela paparan "Internet Security Threat Report" volume 21, di Hotel InterContinental, Jakarta, Selasa (19/4/2016).

Sistem operasi Apple juga kena

Mulai dari sistem operasi Android, Linux, hingga OS X untuk Mac teridentifikasi sebagai santapan crypto-ransomware.

Temuan OS X tentu mengejutkan. Pasalnya, banyak yang beranggapan bahwa sistem operasi buatan Apple tersebut kebal serangan cyber.

Nyatanya, pada akhir 2015 hingga awal 2016, Apple tak kuasa menghadang serangan salah satu varian malware tersebut.

"Apple memang lebih sulit dibobol, tapi nyatanya crypto-ransomware sudah masuk ke sana," Halim menuturkan.

Ke depan, dengan maraknya implementasi "Internet of Things", Halim memprediksi akan semakin banyak jenis malware, termasuk inovasi ransomware. Meski begitu, ia tak mematok angka prediksi yang signifikan.
"Pasti akan berlipat ganda. Makanya bisnis maupun individu harus berhati-hati mengontrol sistem keamanan data digital," ia menjelaskan