Dari banyaknya aplikasi yang beredar, sebagian besar ternyata memiliki
masalah terkait keamanan. Termasuk aplikasi yang mungkin sering kita
gunakan. Masalah keamanan yang menjadi incaran utama adalah data pribadi
yang diambil tanpa sepengetahuan pengguna.
 |
sumber foto:itqeek.id |
Seringnya, aplikasi tersebut berjalan di balik layar secara diam-diam
untuk mendapatkan data pengguna. Modus ini selalu terjadi terus-menerus.
Jadi, alasan apa yang membuat kelima aplikasi di bawah ini disebut
tidak aman? Yuk, simak uraian di bawah ini.
1. Hola Unblocker
Aplikasi yang pertama akan kita bahas adalah Hola Unblocker. Jadi,
aplikasi ini berfungsi sebagai penyedia layanan VPN gratis dan termasuk
salah satu aplikasi yang paling popular di Chrome Web Store. Hola
Unblocker kini telah tersedia juga untuk Android.
Kemampuannya membuka situs-situs dan konten diblokir oleh pemerintah
atau penyedia ISP membuatnya menjadi salah satu aplikasi penyedia VPN
yang sangat popular. Tidak hanya itu, fungsi VPN yang lain adalah
memberi koneksi yang lebih aman dibandingkan layanan proxy.
Namun faktanya, di balik kemudahan aplikasi ini rupanya terdapat
aktivitas botnet di belakangnya. Ketika perangkat mengaktifkan aplikasi,
maka secara otomatis kita juga akan terhubung ke koneksi yang yang
dikelola oleh pihak ketiga. Ini artinya koneksi yang kita buat langsung
antara komputer dan server VPN akan sangat mudah di-bypass oleh hacker.
Jadi, kesimpulannya tidak semua layanan VPN itu aman, apalagi yang
sistemnya gratisan. Dengan banyaknya pelanggan yang harus mereka layani,
tentu saja pasti membutuhkan jumlah bandwidth yang besar pula. Koneksi
langsung ke pengguna inilah yang akan mereka jual ke pihak ketiga.
2. Uber
Pada tahun 2014, Uber pernah mengalami permasalahan. Salah satu
karyawannya melacak aktivitas setiap penumpang, sampai akhirnya
permasalahan tersebut diketahui dan dilaporkan.Jadi, dengan aplikasi
tersebut bisa saja pihak pengelola mendapatkan data yang penting dari
pengguna, seperti keberadaan lokasi penumpang, apa yang mereka lakukan
sepulang kerja, tempat mereka berkumpul saat malam, dan masih banyak hal
sensitif lainnya yang bisa saja didapatkan dari para penumpang
tersebut.
Sejak dilaporkannya dugaan pelanggaran privasi itu, Uber akhirnya
kembali memperbarui ketentuannya. Kini pengemudi hanya dapat melihat
catatan-catatan perjalanan untuk beberapa keperluan dan perbaikan bug
pada fitur perjalanan.
Meskipun telah diperbarui, rupanya pada tahun 2016 masih ditemukan
permasalahan pada Uber. Salah satu penumpang Uber di London mengalami
kerugian atas akunnya yang kena hack. Kemudian penumpang Uber lainnya
juga mengalami kerugian sebanyak US$600 atas perjalananya di New York,
padahal dia tidak pernah melakukan perjalanan tersebut. Masalah di atas
bisa saja menimpa semua penumpang transportasi online lainnya, termasuk
di Indonesia.
3. Angry Birds
Jika semua versi game Angry Birds digabungkan, kira-kira total jumlah
download telah mencapai angka 2 miliar pengguna. Mungkin aplikasi ini
sangat menarik perhatian hacker, tetapi justru bukan itu masalahnya.
Dalam kasus game Angry Birds, masalah yang menjadi perhatian adalah
pencurian data yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam hal ini adalah
pihak NSA dan GCHQ yang mengambil data pengguna melalui game. Data
tersebut berupa usia, jenis kelamin, dan lokasi pengguna. Laporan ini
pernah bocor di Inggris pada tahun 2012, yang mana pihak ketiga tersebut
mengambil seluruh data profil pengguna yang ada di dalam perangkat
Android.
4. Yahoo Apps
Yahoo secara konsisten muncul di pemberitaan beberapa tahun terakhir ini
terkait masalah bocornya data pengguna. Kasus yang paling besar terjadi
pada akhir tahun 2016, yang mana Yahoo diberitakan kembali mengalami
kebocoran data hingga mencapai angka 1 miliar akun oleh hacker.
Sebelum kasus di atas viral, Yahoo telah mengalami permasalahan serupa
selama dua setengah tahun. Kasus pertama muncul pada tahun 2014, yang
mana Yahoo juga mengalami pencurian data pengguna hingga 500 juta akun.
Kasus pencurian tersebut diakibatkan krisis yang dialami oleh perusahaan
karena sistem kontrol dan sistem internal yang lemah
5. Adobe Flash Player
Walaupun sudah jarang dipakai, rupanya Flash Player masih digunakan oleh
10 persen situs-situs di dunia. Pada situs modern, Flash Player sudah
tidak lagi digunakan, terutama untuk metode penayangan iklan.
Kasus terparah yang pernah terjadi karena penggunaan Flash Player
terjadi pada tahun 2011. Flash Player digunakan secara otomatis untuk
menghidupkan webcam dengan tujuan memata-matai. Hacker mampu dengan
mudahnya menipu untuk mengaktifkan webcam dan mikrofon tanpa disadari
oleh pengguna. Metode hacking dengan memanfaatkan Flash Player tersebut
menggunakan teknik yang diberi nama click jacking.
Pada 2015, ditemukan 94 celah keamanan. Di antara semua celah tersebut,
32 kelemahan terkait dengan DOS Attack, 68 kelemahan terkait eksekusi
kode-kode dan sumber yang berbahaya, dan 13 kelemahan dapat dimanfaatkan
untuk mencuri informasi langsung dari komputer korban.Kini Flash Player
sudah ditinggalkan dan mulai digantikan dengan teknologi yang lebih
aman dan relevan, yaitu HTML5.
Na,itu dia 5 software dengan masalah keamanan. Kamu pernah mengalami
kejadian buruk terkait aplikasi-aplikasi tersebut? Silakan share di
kolom komentar di bawah ini ya.